Sebagai blogger yang sebagain besar isi blognya adalah resep dan review makanan, food photography menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan untuk melengkapi tulisan saya di blog ini. Sekitar 2 tahun terakhir saya fokus mempelajari salah satu genre fotografi ini. Meskipun hanya mengandalkan kamera handphone, tidak menjadi penghalang saya untuk belajar dari mana dan siapa saja. Alhamdulillah tahun ini ada kemajuan, setidaknya hobi ini telah membawa pintu rejeki baru. Beberapa kali diberi kesempatan untuk membagi tentang food photography menggunakan handphone, rasanya sayang jika materi itu hanya sekedar menjadi slide show di power point dan hanya dilihat beberapa orang saja. Saya pun inisiatif menuliskan ini untuk berbagi, siapa tau bermanfaat bagi lebih banyak orang.
Food Photography adalah sebuah genre dari still life photography. Kata Still berarti diam atau mati; life berarti hidup dalam konteks “memberi kehidupan”. Sehingga dapat diartikan bahwa Still life photography adalah memotret benda mati sehingga tampak lebih hidup dan berbicara. Foto still life bukan hanya memindahkan objek kedalam sebuah foto, tetapi lebih mengandung arti dengan pencapaian hasil foto yang lebih artistik dan bermakna. Demikian pula dengan food photography karena objeknya adalah makanan yang diam, memotretnya dengan maksud untuk membuat hidup dan memiliki makna.
Seiring berkembangnya teknologi kamera handphone, genre food photography mendapatkan tempat tersendiri bagi pengguna mobile internet. Mereka biasanya disebut foodies, sebutan untuk food lovers yang senang membagi foto makanannya di sosial media. Tetapi tidak semua foodies dapat dikategorikan food photographer sebagian besar hanya membuat food documentation.
Gambar di atas adalah contoh foto jepretan saya yang masuk dalam kategori dokumentasi makanan. Foto tersebut dijepret sekedar untuk mendokumentasikan makanan yang saya makan saat itu. Tidak ada konsep, cahayanya flat, komposisinya tidak seimbang dengan styling yang berantakan. Mengabadikan makanan untuk food documentation atau kadang juga disebut snapshot memang tidak memerlukan persiapan khusus, berbeda dengan food photography yang memerlukan beberapa persiapan sebelum pengambilan gambarnya.
Sebuah foto dikategorikan food photography jika foto makanan tersebut dipotret dengan berbagai persiapan baik itu konsep, lighting, pengaturan styling, komposisi, hingga sudut pandang pengambilan gambar. Semua semata-mata dilakukan untuk menghasilkan foto makanan yang lebih “hidup” dan memiliki nilai. Ada cita rasa yang bermain di dalamnya dengan pesan yang ingin disampaikan. Karena objeknya makanan maka hal yang sangat penting adalah membuat foto makanan yang dihasilkan menggugah orang lain yang melihatnya untuk ikut mencoba makanan tersebut.
Sebagai pengguna kamera handphone seperti saya, bukan berarti kita tidak dapat menghasilkan food photography yang menarik. Setidaknya dengan mengaplikasikan 7 hal di bawah ini, kita bisa sama-sama belajar meng-upgrade kemampuan fotografi tentu saja sambil berlatih dan terus berlatih mengasah “rasa”.
1. Konsep
Dalam Food Photography (FP), konsep adalah elemen yang penting untuk membuat foto itu tampak “bernyawa”. Tantangan terberatnya adalah bagaimana membuat objek makanan sebagai benda mati bisa terlihat menggiurkan. Dengan memikirkan konsep sebelum mengatur segalanya, kita menjadi tahu mau dibawa kemana objek foto kita. Konsep ibarat kerangka dasar tema dalam sebuah pemotretan yang akan memudahkan kita menentukan properti pendukung, menentukan lighting, menentukan styling dan komposisi, serta menjadi acuan mengenai apa yang hendak disampaikan kepada audience.
FP untuk kebutuhan komersil biasanya mengambil konsep bright, dengan pencahayaan yang cukup terang dengan styling yang simpel. Konsep lain yang bisa kita buat misalnya konsep jadul, konsep sarapan, konsep persiapan makanan, konsep makanan sehat, konsep makan di cafe, konsep colorfull, konsep retro, dan sebagainya. Konsep yang dibuat tentu saja tidak melupakan objek utamanya yaitu makanan itu sendiri.
2. Lighting
Layaknya genre fotografi lainnya, cahaya adalah kunci kesuksesan sebuah foto karena dengan adanya cahayalah sehingga foto tercipta. Sebagai seorang fotografer meskipun hanya mengandalkan handphone, kita harus memahami prinsip lighting dan menggunakan sebijaknya. Saran paling umum adalah mematikan flash kamera handphone saat memotret makanan, karena cahaya dari flash membuat foto kita cenderung flat dan menghilangkan detail makanannya.
Sumber cahaya yang paling mudah dan murah yang bisa kita dapatkan adalah cahaya matahari atau lebih dikenal dengan natural light. Sumber cahaya ini dapat diperoleh dengan meletakkan meja di dekat jendela, pintu kaca, atau pemotretan outdoor. Sumber cahaya juga bisa berupa artificial light yakni teknik memotret dengan menggunakan media penerangan buatan,seperti lampu studio dan menggunakan alat seperti softbox, octabox, diffuser, dan lainnya. Kita bisa menggunakan bantuan reflektor untuk memantulkan cahaya atau mengisi cahaya pada bidang yang diperlukan. Reflektor bisa berupa aluminium foil, cermin, gabus putih, atau yang biasa saya pakai adalah alas kue yang sangat mudah ditemukan di toko bahan kue. Sedangkan untuk melunakkan cahaya yang cukup keras kita bisa menggunakan kain putih atau kertas tipis yang diletakkan di dekat sumber cahaya.
Permainan cahaya juga dapat menentukan mood foto makanan. Setelah mengetahui konsep kita dapat menentukan lighting agar menghasilkan kesan tertentu, entah itu simpel, ringan, moody dan lainnya.
Sebagian kamera handphone sudah ter-setting otomatis, sebagian lagi masih memberikan keleluasan kepada kita untuk mengatur Iso dan EV nya. Iso yang paling baik digunakan dalam memotret makanan menggunakan handphone maksimal 200, semakin rendah semakin baik agar hasilnya lebih tajam. Untuk hasil yang lebih terang dengan konsep ringan, kita bisa menambahkan EV-nya sedangkan untuk konsep moody bisa dengan mengurangi EV-nya.
3. Styling
Food Styling adalah salah satu hal yang terpenting dalam FP dan butuh pembelajaran terus menerus, semakin kita rajin untuk mengatur makanan sebelum difoto, maka semakin lama styling kita akan semakin luwes. Untuk membuat food styling yang menarik dibutuhkan imajinasi yang kuat, oleh karena itulah konsep selalu dipikirkan paling awal. Dari konsep tersebutlah kita membangun style. Konsep yang baik akan memudahkan kita menentukan background, foreground, dan pengaturan makanannya
Beberapa tips yang biasa dipakai untuk styling diantaranya: bermain dengan complementary color, memadu padankan warna yang saling kontras. Potret makanan sesaat setelah dimasak, siapkan semua settingan sebelum makanan selesai dimasak. Untuk foto tumisan sebaiknya di foto setengah matang agar warnanya segar, olesi sayuran dengan minyak goreng agar terlihat lebih mengkilat. Bereksperimen dengan lelehan saus karena lelehan saus cukup membuat tampilan makanan menjadi lebih fotogenik.
4. Komposisi
Secara teori, komposisi adalah sebuah cara untuk memanfaatkan dan mengisi ruang kosong agar foto lebih dinamis dan bervolume. Sederhananya diartikan sebagai keseimbangan. Dalam FP ada istilah repeat. Peletakan objek untuk menyeimbangkan objek lain. Pengulangan dapat berupa benda yang sama, atau warna yang sama, bisa juga tidak ada kesamaan namun ada ikatan dengan konsep yang ingin diciptakan.
Selain metode pengulangan beberapa panduan ini bisa kita jadikan untuk merangkai komposisi yang tepat.
-rule of third yakni meletakkan POI (Point of Interest) pada titik persimpangan grid
– minimalis yakni prinsip komposisi yang mengutamakan keindahan POI dariapada elemen penunjang
– lines yakni mengkomposisikan makanan dalam satu garis baik itu diagonal, melintang membujur ataupun S curves
– dead centre yakni peletakan POI tepat di tengah croping foto.
5. Properti Pendukung
Memotret makanan di cafe memang akan lebih mudah karena makanan yang disajikan biasanya telah ditata dan diletakkan pada properti yang sudah fotogenik. Lalu bagaimana jika kita ingin memotret makanan hasil dari dapur kita sendiri?
Setelah mendapatkan konsep, styling dan komposisi kita perlu memikirkan elemen pendukungnya agar cerita yang ingin disampaikan lebih kuat. Peletakan properti yang bijak akan menambah nilai seni hasil jepretan kita. Tidak harus mahal, kita bisa memulainya dengan memanfaatkan pecah belah yang ada di rumah, serbet, hingga talenan. Semakin kita mendalami FP maka bersiaplah pembelian properti akan menguras kantung kita. Tetapi kepuasannya akan sebanding ketika kita memotret makanan dengan properti yang sesuai. Akan tidak nyambung jika kita memotret kue tradisional dengan properti garpu pisau sebagai penunjangnya. Atau akan terlihat aneh ketika kita memotret stik dengan kobokan di sampingnya.
Beberapa tips ini bisa menjadi acuan dalam memilih properti
– Pilihlah peralatan makan dengan warna yang netral seperti putih atau silver, jika ada bugdet bisa menambah peralatan warna berwarna
– Miliki talenan sebagai properti andalan. Talenan sangat cocok menjadi properti dalam banyak konsep sehingga menjadi salah satu elemen penolong bagi seorang food photographer.
– Siapkan setidaknya 2 warna untuk background dan foreground yakni warna putih dan hitam. Jika ada bugdet lebih bisa menambahkan alas foto lainnya.
– Miliki item bernuansa etnik dan bernuansa kayu. Makanan Indonesia sebagain besar sangat cocok dipadukan dengan properti seperti ini. Selain itu item etnik dan bernuansa kayu sangat fotogenik.
– Bunga atau daun bisa membuat tampilan lebih dinamis
– Miliki serbet aneka warna. Serbet adalah salah satu penolong yang sangat ampuh untuk melengkapi styling dan komposisi.
6. Angle atau Sudut Pengambilan Gambar
Terbatasnya kemampuan aperture kamera hape membuat kita tidak dapat membuat foto dengan mengatur ketajaman di satu sisi dan blur di sisi lainnya. Sehingga sudut yang paling disarankan untuk food photography dengan kamera hape adalah dengan penambilan dari atas. Oleh karena itulah flat lay style FP berkembang seiring makin banyaknya pengguna kamera handphone yang memotret makanan. Dengan konsep yang bagus, pengaturan styling dan komposisi yang tepat akan membuat sudut pengambilan gambar ini akan tetap menarik. Jika kita mau bereksplorasi dengan sudut pengambilan lain, bisa menggunakan bantuan aplikasi editing.
7. Editing
Saat ini aplikasi edit foto di handphone makin berkembang. Kita dapat menggunakan beberapa aplikasi editan tersebut untuk menambah cerita. Editan terbaik untuk FP adalah editan yang tidak terlalu banyak dan tidak menghilangkan warna asli makanan yang telah kita foto. Untuk mengedit fokus dan blur background, saya menggunakan aplikasi After Focus. Untuk mengedit tone serta selective color saya menggunakan aplikasi snapseed atau picsart. Untuk penggunaan filter menarik menggunakan aplikasi VSCO. Untuk menambahkan watermark bisa menggunakan aplikasi Phonto yang menyajikan banyak pilihan huruf.
Saya menyadari, foto-foto saya masih jauh dari kesempurnaan, masih butuh terus berlatih dan berlatih. Seperti halnya karya seni yang lain, fotografi memerlukan pengulangan untuk menghasilkan karya-karya yang lebih baik. Niat saya hanya ingin berbagi, itu saja.
Foto-foto di atas diambil menggunakan kamera HP Xperia L dan Ipod Touch 5
One thought on “7 Hal Penting tentang Food Photography Menggunakan Handphone”